Minggu, 14 September 2014

Kisah Sang Kunang Kunang

Dikutip dari novel 'Khadijah'

Seorang pemimpi tua negeri kunang kunang bertahun tahun selalu bercerita tentang kisah sebuah lilin kepada murid muridnya yang juga sangat disukai mereka. Seluruh murid menganggap diri mereka telah memahami dengan baik arti cinta yamg disebut lilin itu.

Seorang murid berdiri di depan kelas, kemudian mulai menceritakan semua pengalamannya yang berkaitan dengan lilin. Riuh redam tepuk tangan pun membanjirinya, dan ia pun dinobatkan sebagai juara sekolah.

Namun apa mau dikata, si tua sang pemimpin negeri kunang mengumumkan bahwa si murid berilmu tadi itu tadi hanya dianggap sebagai "mengetahui".

Kemudian bertanyalah sang pemimpin, "Wahai anak anakku, adakah diantara kalian yang pernah mengamati lilin dari dekat?" karena tidak ada tanggapan, seorang murid pemberani segera maju ke depan kelas dan berjanji akan mengamati lilin dari dekat di jendela sebuah penginapan. Sang pemimpin memberi semangat kepada sang murid.

Akhirnya sang murid memulai perjalanan penuh aral itu. Setelah menempuh bermacam macam kesulitan dan marabahaya, sampailah ia ke sebuah penginapan. Murid itupun akhirnya dapat memenuhi janjinya, mengamati lilin dari dekat. Setelah puas mengamati lilin yang menyala itu, ia memutuskan pulang. Begitu banyak hal yang ingin diceritakannya. Mereka yang belum pernah melihat lilin mendengarkan ceritanya sambil menahan nafas. Mereka lalu mulai memberi selamat yang teramat tulus dari lubuk hati.

Namun si tua pemimpin negeri kunang kunang mengatakan bahwa si murid baru sampai pada tahapan ilmu "ainul yaqin."

Ia lalu bertanya kembali. "Adakah diantara kalian yang pernah berada di dekat lilin?" Karena tak ada tanggapan, seorang murid pemberani segera maju ke depan kelad dan berjanji akan berada di sisi lilin itu. Diiringi ungkapan selamat dari teman temannya, ia pun memulai  perjalanan berbahaya itu. Berhari hari dan berbulan bulan lamanya perjalanan penuh aral, halangan, dan cobaan ditempuhnya.

Akhirnya ketika sampai ke penginapan yang dimaksud, kunang kunang kecil itu menyadari bahwa apa yang dikatakan teman temannya itu benar. Lilin itu benar benar indah. Dengan pancaran cahaya yang sempurna, lilin itu mengundang sang kunang kunang ke dekatnya. Matanya yang dibutakan cinta sudah tidak melihat lagi apapun di dunia.

Kunang kunang itu pun jatuh menabrak lilin. Ia berusaha kembali menggapai sang lilin. Namun yang terjadi adalah sayap dan tubuhnya terbakar habis. Ia menemui kesialan justru pada lilin yang dicintainya. Teman temannya yang mengetahui kejadian itu menangisi kepergiannya akibat jatuh kepada lautan cinta itu.

Si tua pemimpin negeri kunang mengatakan bahwa yang patut mendapatkan ucapan selamat adalah teman mereka yang mati itu. "Nah teman kalian inilah yang disebut memiliki pengetahuan "haqqul yakin". Diantara kita semua dialah yang paling tahu dan benar pemahamannya atas perkara lilin itu. Ia telah melawan serta menghancurkan segenap hawa nafsunya untuk menemukan hakikat kekasihnya. Sebuah puntung saat bertemu dengan abunya. Kematian, bagi kita, adalah hari raya, " kata sang pemimpin menutup pelajarannya.

Beberapa orangmencintai lilin dan mengungkapkan cinta kita kepadanya dari jauh. Sedangkan beberapa orang melihatnya dari dekat dan menyaksikan keindahannya. Namun ketika beberala orang sampai padanya, mereka terhempas bersama cinta. Mereka korbankan dirinya sendiri demi cinta itu. Derajat cintanya sudah sampai haqqul yakin.

1 komentar:

  1. Kalau di lihat dari judulnya mengingatkan saya akan indahnya jaman dulu yang sangat sangat aku rindukan.

    BalasHapus